Unknown
Senang dan susah datang silih berganti. Hari ini kita bersuka cita, namun mungkin besok bersedih. Itu adalah keadaan yang lumrah kita alami. Bahkan, seseorang perlu bersedih hati untuk dapat menghargai betapa berartinya sebuah perasaan senang. Jika kita terus menerus merasa senang, gembira dan bersuka cita bukan tidak mungkin kita dapat kehilangan makna dari kegembiraan itu sendiri. Namun, jika di antara rasa senang dan gembira yang kita alami itu kita juga merasakan kesedihan maka kita akan benar-benar bisa merasakan perbedaan yang nyata di antara keduanya.
Seseorang yang hidupnya senantiasa ditaburi kemudahan dan keadaan yang lurus-lurus saja bisa terjebak dalam sebuah anggapan bahwa rasa senang merupakan sesuatu yang terlalu biasa. Oleh sebab itu, sering kali dia kurang menghargai makna yang dikandungnya. Namun, orang pernah merasakan kehidupan yang sulit merasakan betapa nikmatnya sebuah kemudahan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kesedihan adalah bumbu penyedap bagi rasa senang. Jika bumbu itu ditaburkan dalam jumlah yang sepantasnya maka dia akan meningkatkan rasa sedap sebuah masakan. Namun, jika kedalam masakan itu dicurahkan terlampau banyak bumbu maka masakan itu akan kehilangan kemampuannya untuk menggugah selera makan kita. Kita membutuhkan bumbu penyedap untuk makanan yang kita santap. Kita juga membutuhkan bumbu penyedap untuk rasa senang dan kegembiraan yang kita miliki. Karena itu, kita tidak perlu mengingkari perasaan sedih. Tidak ada salahnya kita bersedih. Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa menjadi tuan bagi kesedihan yang kita alami. Bukan sebaliknya, malah menjadi budak yang disiksa oleh kesedihan itu.
Tidak ada orang yang menginginkan kesedihan. Semua orang ingin bahagia, ingin gembira dan ingin selalu dalam perasaan senang. Namun, ada banyak orang di luar sana yang membiarkan dirinya dipenjara oleh perasaan sedih. Padahal mereka sendiri ingin terbebas dari perasaan sedih itu. Cobalah anda perhatikan, mereka ingin bergembira, tapi mereka membiarkan dirinya terpenjara oleh kesedihan yang berkepanjangan. Mengherankan bukan???
Sesungguhnya, kunci yang bisa membuka pintu penjara kesedihan itu hanyalah sebuah keputusan yang harus kita ambil untuk bisa terbebas darinya. Tidak lebih dari itu. Jadi, jika saat ini kita tengah dipenjara oleh kesedihan yang berkepanjangan maka yang harus kita lakukan adalah : bulatkan hati dan putuskan bahwa kita akan keluar dari penjara itu. Kalau perlu, berteriaklah dan katakan ... AKU TIDAK LAGI SEDIH.
Setidaknya ada sepersekian detik masa dimana kita terbebas dari penjara kesedihan. Jika setelah itu ada dorongan untuk kembali masuk penjara itu maka kita tidak perlu menghiraukannya lagi. Penjara kesedihan hanya masa lalu. Sekarang saatnya kita menikmati kembali kebebasan dan rasa senang. 
Label:
0 Responses

Posting Komentar


widgets