Unknown
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat dipakai oleh bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang halus dalam ari bahasa yang baik jika diucapkan dengan nada,suara yang baik.Tidak dengan nada yang keras,tidak dengan nada yang emosional tinggi dan juga tidak dengan menggunakan nada yang sulit dimengerti oleh orang lain.
 Bahasa Indonesia juga mempunyai tata urutan katanya,kalau di negara inggris contohnya,biasa mereka menyebutnya (TENSES) yang banyaknya sekitar ada 16 (enam belas) buah.Sedangkan bahasa Indonesia juga mempunyai tata bahasa.Tata bahasa,bahasa indonesia mempunyai bentuk umum seperti SPOK (Subjek predikat objek keterangan) yang tentunya disesuaikan dengan kondisi dan situasi orang atau masyarakat tersebut jika ingin menggunakannya.Biasanya kaum orang orang yang sudah lanjut usia/orang orang dewasa sangat baik dalam menggunakan bahasa Indonesia tersebut,baik dalam mengucapkan maupun menyampaikan kepada lawan bicaranya.Mereka selalu memperhatikan baik buruknya perkataan mereka tersebut kepada lawan bicaranya.
            Tetapi penggunaan bahasa Indonesia dikalangan remaja sudah bercampur dengan bahasa atau ejaan yang dipakai remaja tersebut kepada atau antar sesama remaja.Tetapi penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini sudah baik,dalam arti baik dalam menggunakan ejaan kata baik susunan/tata bahasa yang baik seperti (SPOK diatas).Walaupun penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja sudah memperhatikan susunan kata yang baik,tetapi terkdang ada kata kata bahasa asing yang mereka gunakan,seperti Confident,Eksis,Natural dan lain sebagainya.Bahasa asing tersebut terkadang terpakai oleh kaum remaja,karena mungkin mereka sudah terbiasa mereka gunakan pada percakapan sehari hari mereka.
            Penggunaan bahasa Indonesia dikalangan remaja terkadang mereka gunakan dengan bahasa yang tidak baku.Memang dalam bahasa Indonesia memiliki keanekaragaman ciri khas,yaitu bahasa baku dan tidak baku,bahasa aktif dan bahasa pasif,Yang paling sering ditemukan dikalangan remaja,adalah bahasa yang singkat atau ringkas seperti (Bagaimana menjadi gimana),lalu (apakah menjadi apa),(demikian menjadi sekian) dan banyak contoh lainnya.
            Dikalangan remaja penggunaan bahasa Indonesia yang baik terkadang berbeda dengan kalangan orang orang yang lebih dewasa.Penggunaan bahasa Indonesia dikalangan remaja lebih kepada bahasa yang non formal,sedangkan bahasa Indonesia yang digunakan orang orang dewasa lebih menjurus kepada bahasa yang formal atau bahasa resmi.Tetapi dari semua keanekaragaman cara pengucapan bahasa Indonesia yang ada di negara Indonesia, semua itu mempunyai maksud dan tujuan yang sama atau arti kata yang sama,dan juga tidak mengurangi sedikitpun tata ejaan atau tata bahasa yang menjadi syarat bahasa Indonesia yang baik dan benar. 




Menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai  dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.
Ciri – cirri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut :
1.Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat  yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
2.Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan  bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
5.Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.
Contoh Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Baik dan Benar
  • Bagaimana menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar
Untuk memahami bagaimana menggunakan bahasa indomesia dengan baik dan benar, terlebih dahulu saya akan memberikan sedikit penjelasan. “Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan sebagai pemakaian kata-kata dalam ragam bahasa yang serasi dan selaras dengan sasaran atau tujuannya dan yang terlebih penting lagi adalah mengikuti kaidah bahasa yang baik dan benar. Pernyataan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu pada ragam bahasa yang dimana memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan biasanya adalah dalam bentuk bahasa yang baku.Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada suatu kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal, penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi pilihan atau prioritas utama dalam berbahasa. Seperti sudah saya jelaskan tadi, penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Masalah yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain adalah disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa kita sadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal seperti ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak sesuai dan tidak baik.

Contoh nyata dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku:
  • Apakah kamu sedang mengerjakan tugas rumah saat ini?
  • Apa yang kamu kerjakan tadi di sekolah?
  • Contoh ketika dalam dialog antara seorang Orangtua dengan anaknya.
    • Orangtua : Gerald! Apa yang sedang kamu lakukan?
    • Gerald : Saya sedang bermain game. Ada apa, bu?
    • Orangtua : Apakah kamu tidak belajar untuk ujian besok?
    • Gerald : Ya, akan saya lakukan setelah saya selesai bermain game, bu.
Kata-kata diatas adalah kata yang sesuai untuk digunakan dalam lingkungan sosial
Contoh lain yang saya kutip adalah pada Pembukaan Undang-Undang Dasar antara lain :
Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perkeadilan.Dari beberapa kalimat didalam undang-undang dasar tersebut menunjukkan  bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sangat baku, dan itu merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.
Contoh lain, seperti kegiatan sosialisasi yang dilakukan antara masyarakat. Contohnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan keheranan, keraguan atau kecurigaan. Ini akan terlihat sangat aneh bila dalam komunikasi kita dalam bersosialisasi dengan orang lain, kita menggunakan bahasa baku seperti ini.
(1)   Berapakah Bapak mau menjual harga game ini?
(2)   Apakah sayur ini masih segar, berapa harganya bu, untuk sayuran ini?
Contoh di atas merupakan contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut akan lebih tepat.
(3)   Jual berapa pak? Game ini?
(4)   Masih segar, bu? Berapa harganya?
Contoh perbedaan antara bahasa indonesia yang benar dengan bahasa gaul
Bahasa Indonesia
Bahasa Gaul (informal)

Aku, Saya
Gue
Kamu
Elo
Di masa depan
kapan-kapan
Apakah benar?
Emangnya bener?
Tidak
Gak
Tidak Peduli
Emang gue pikirin!

Dari contoh diatas yang didapat adalah perbedaan penggunaan bahasa antara bahasa yang baku dan non baku, dan dapat terlihat dari pengucapan dan dari tata cara penulisan bahasa tersebut. Bahasa indonesia yang baik dan benar merupakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti,  bentuk bahasa baku yang sah dibuat agar secara luas masyarakat indonesia dapat berkomunikasi menggunakan bahasa nasional.
Contoh nyata, pada kutipan teks “SumpahPemuda” adalah sebagai berikut :
“Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”,
demikianlah bunyi dari alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan oleh para pemuda yang kemudian menjadi salah satu factor penting pendiri bangsa dan negara Indonesia. Bunyi alenia ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia, khusus nya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia sudah sepatutnya menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu berterima kasih lah kita terhadap “BAHASA”, karena bahasa juga merupakan faktor penting didalam konteks sumpah pemuda, oleh karena bahasa merupakan sesuatu hal yang bersifat universal, sehingga pemakainya menjadi mudah dan tepat pada saat seperti diatas. Dan penerimaannya juga baik, karena adanya pemakaian kata-kata yang baik dan benar.
Contoh lain adalah paragraph dibawah ini, merupakan sebagian dari gaya bahasa yang dipakai sesuai dengan EYD dan menggunakan bahasa baku atau bahasa ilmiah dan bukan kata popular dan bersifat objektif, dengan penyusunan kalimat yang cermat dan tepat.
Dalam paradigma profesionalisme sekarang ini, ada tidaknya nilai informative dalam jaring komunikasi ternyata berbanding lurus dengan cakap tidaknya kita menulis. Pasalnya, selain harus bisa menerima, kita juga harus mampu memberi. Inilah efek jurnalisme yang kini sudah menyesaki hidup kita. Oleh karena itu, kita pun dituntut dalam hal tulis-menulis demi penyebaran informasi. Namun persoalannya, apakah kita peduli terhadap laras tulis bahasa kita. Sementara itu, yakinilah, tabiat dan tutur kata seseorang menunjukkan asal-usulnya, atau dalam penegasan lain, bahasa yang kacau mencerminkan kekacauan pola pikir pemakainya. Buku ini memperkenalkan langkah-langkah pragmatic yang Anda perlukan agar tulisan Anda bisa tampil wajar, segar, dan enak dibaca

Dan yang menjadi kesimpulan adalah bahwa yang bisa kita pelajari dari semua ini adalah Bahasa merupakan sebuah suatu karunia yang diberikan Tuhan pada manusia agar manusia bisa memahami dan mengerti satu sama lain, menjadikannya sebagai alat komunikasi yang dasar dan sentral dan disamping itu bisa menjadi kekuatan tersembunyi dalam mempersatukan suatu hal dalam penggunaannya, dan ada baiknya jika dalam penggunaannya, kita memakai bahasa yang baik dan benar, sehingga bahasa yang kita sampaikan terlihat sesuai .
Unknown
Kerajaan Majapahit

A)      Letak Geografis
Pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit diperkirakan berada di Trowulan yang letaknya di sebelah baarat daya Kota Majapahit. Perkiraan tersebut didasarkan atas banyaknya penemuan di lokasi tersebut berupa pondasi bangunan, gapura,candi saluran air, dan umpak-umpak rumah.

B)      Sumber-sumber Sejarah
              Sumber-sumber sejarah Kerajaan Majapahit di antaranya sebagai berikut;
1)      Prasasti ,di antaranya Prasasti Gunung Butak, Brumbung, Kudadu, Gajah Mada, dan Jiu.
2)      Karya sastra yang berasal dari Kerajaan Majapahit, yaitu Negarakertagama, Pararaton, Sutasoma dan Kidung Sundayana.
3)      Candi-candi, di antaranya adalah Candi Penataran, Tikus, Tegalwangi, Bajangratu, Jabung, dan Kedaton.
4)      Berita-berita asing dari Cina, India, dan Arab.
5)      Arca, mata uang, dan keramik

C)      Sistem pemerintahan
Dalam struktur pemerintahan kerajaan Majapahit, raja diangggap sebagai penjelmaan dewa dunia dan memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Dalam melaksanakan tugasnya, raja dibantu oleh sejumlah pejabat pemerintahan. Sebelum menjadi seorang raja, putra mahkota biasanya diberi daerah kekuasaan sebagai raja muda (yuwaraja atau rajakumara)
Seorang raja dalam menjalankan pemerintahan dibantu oleh Dewan Persidangan Kerajaan atau Bhatara Sapta Prabu  yang bertugas memberi pertimbangan-pertimbangan kepada raja. Anggota dewan terdiri dari sanak saudara raja. Disamping raja Majapahit, masih ada sejumlah raja-raja daerah atau Paduka Bathara. Paduka Bathara memerintah daerah-daerah yang berada dibawah kekeuasaan Majapahit. Raja dalam menjalankan pemerintahan dibantu oleh tiga menteri, seperti i hino, i halu, dan i siikan. Dari ketiga mahamenteri tersebut, mahamenteri i hino merupakan yang tertinggi kedudukannya, ia mempunyai hubungan dengan raja dan bahkan ia dapat mengeluarkan piagam-piagam yang berupa prasasti.
Ketiga mahamenteri itu dibantu oleh para rakryan menteri pakirakiran atau sekelompok pejabat tinggi kerajaan yang merupakan badan pelaksana pemerintahan. Badan ini terdiri dari lima orang pejabat, yaitu rakryan mahapatih (patih amangkubumi), rakryan demung, rakryan tumenggung, rakryan rangga, dan rakryan kanuruhan. Pada zaman Majapahit kelima pejabat itu disebut dengan sang panca ing wilwatika atau menteri amancanegara yang membantu raja dalam menjalankan pemerintahannya.
Disamping para rakryan menteri tersebut, terdapat Dharmadaryaksa. Dharmadaryaksa bertugas mengurusi masalah-masalah agama antara lain: Dharmadhayaksaring Kasaiwan mengurusi agama Hindu Siwa dan Dharmadyaksaring ring Kasogatan mengurusi agama Budha. Masing-masing Dharmadhayaksa dibantu oleh sejumlah pejabat keagamaan yang disebut Dharma Upapati. Pada zaman raja Hayam Wuruk hanya dikenal tujuh Dharma Upapati yaitu Sang Pamegal i Tirwan, i Kandamuhi, i Manghuri, i Pamwatan, i Jambi, i Kandangan rare, dan i Kandangan atuha. Majapahit dalam perkembangannya pernah diperintah oleh beberapa raja. Raja-raja yang pernah memerintah Majapahit antara lain Raaden Wijaya, Jayanegara, Tribhuwana, Hayam Wuruk, Wikrama Wardhana. Majapahit mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan patihnya, Gajah Mada. Selama hidupnya, patih Gajah Mada menjalankan politik persatuan Indonesia.
Cita-cita Gajah Mada yang dikenal dengan Sumpah Palapa(yang berisi, Gajah Mada tidak akan hidup bermewah-mewah sebelum mempersatukan Nusantara), dijalankan dengan begitu tegas sehingga menimbulkan perisiwa pahit yang dikenal sebagai peristiwa Bubat tahun 1357 M. Peristiwa Bubat (Perang Bubat) adalah peristiwa perselisihan antara Patih Gajah Mada dengan Raja Padjajaran, sehingga memicu adanya pertempuran yang menyebabkan terbunuhnya Raja Padjajaran dan puterinya Diah Pitaloka. Akibat dari peristiwa tersebut politik Gajah Mada mengalami kegagalan. Peristiwa Bubat belum berarti bahwa Padjajaran sudah tunduk kepada Majapahit. Bahkkan, Padjajaran terus berkembang secara terpisah dari kerajaan Majapahit.

D)      Keadaan Masyarakat
Perdagangan di Majapahit telah ramai. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pedagang asing di Majapahit.  Menurut Ma-Huan (musafir China), pelabuhan Tuban merupakan pelabuhan ekspor hasil bumi dari Jawa atau pulau-pulau lainnya.
Bukti kemajuan perdagangan di Majapahit diperkuat dengan ditemukannya relief-relief di Candi Tegalwangi dan Candi Penataran. Relief tersebut menggambarkan para pedagang dari desa sedang memikul hasil bumi berupa beras, lada, kelapa, dan buah pinang.
Dalam bidang sosial tata masyarakat di Majapahit berdasarkan Hinduisme. Ciri khusus penerapan konsep Hinduisme adalah pembagian masyarakat dalam sistem kasta.
Pada masa Majapahit telah terdapat sistem perundang-undangan yang mengatur hukum. Undang-undang tersebut diduga berlaku bagi tujuh kerajaan dibawahnya, yaitu Singosari, Daha, Lasem, Kahuripan, Matahun, Wengker, dan Pajang. Undang-undang dan hukuman berlaku untuk semua orang tanpa memandang silsilah dan kedudukan. Semua orang yang terbukti melakukan kejahatan harus dikenakan pidana.

E)    Sebab-sebab Kerajaan Majapahit dapat bertahan lama
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang periode pemerintahannya paling mengesankan dalam perjalanan sejarah kerajaan Hindhu-Budha di Indonesia hal itu dikarenakan kerajaaan Majapahit adalah kerajaan besar, disegani, dan termasyur hingga mancanegara. Berikut adalah sebab-sebab Kerajaan Majapahit dapat bertahan lama;
1)      Kerajaan Majapahit diperintah oleh raja yang adil, tegas, dan bijaksana yaitu pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada.Hal itu dapat dilihat dari sistem perundang-undangan yang mengatur hukum pada masa itu tanpa memandang status dan kedudukan. Semua orang yang terbukti melakukan kejahatan harus dikenai pidana.
2)      Daerah Majapahit yang subur,sehingga para petani dapat menanam seperti padi, jagung, lada, kelapa dan lain sebagainya.Sehingga rakyat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tercipta masyarakat yang sejahtera.
3)      Terjalinnya hubungan perdagangan dengan luar negeri seperti Cina,sehingga masyarakat Majapahit dapat memenuhi kebutuhan  yang tidak ada dalam negeri.
4)      Luasnya daerah kekuasan kerajaan Majapahit.

F)     Sebab-sebab runtuhnya Kerajaan Majapahit
             Walaupun kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang besar,namu pada masanya juga akan mengalami keruntuhan, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain;
1)      Tidak ada raja dan patih yang tangguh, adil, dan bijaksana sepeninggal raja Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada.
2)      Sepeninggal Raja Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada, terjadi perebutan kekuasaan antar saudara, perang tersebut dikenal dengan sebutan perang Paregrek.
3)      Melepasnya daerah-daerah kekuasan kerajaan Majapahit.
4)      Masuknya agama islam ke wilayah Nusantara khususnya wilayah Majapahit. Agama Islam dapat diterima dengan mudah diterima oleh masyarakat Nusantara dikarenakan
ü  Ajarannya yang sederhana, dan mudah dimengerti sehingga setiap orang dapat dengan mudah mempelajarinya.
ü  Syaratnya mudah artinya untuk masuk agama Islam cukup dengan hanya mengucapkan dua kalimat syahadat.
ü  Dalam agama Islam tidak menganal kastaatau status sosial.
ü  Disebarkan dengan cara damai tidak dengan kekerasan atau paksaan.
ü  Upacara-upacara keagamaan sangat sederhana, para pemeluk agama islam tidak perlumelakukan hal-hal yang rumit,misalnya sesaji.

Oleh sebab itu para pemeluk agama Hindhu-Budha berubah keyakinan dengan pindah memeluk agama Islam.
Unknown
BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Pada dasarnya Mahasiswa didik untuk menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki pemikiran yang luas, realities dan sistematis dalam menjalankan ketatanegaran. Akan tetapi, rusaknya generasi penerus bangsa yang pada umunya di kalangan mahasiswa akan membuat dampak negative yang amat besar, dan kurangnya pengamalan butir-butir pancasila sebagai pencerminan nilai luhur membuat generasi muda pada mahasiswa berakibat buruk.
Sehingga mahasiswa akan dapat menjadi lebih anarkis atau premanisme dan akan lebih berprilaku menyimpang dan mudah terpengaruh hal negatif. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelasakan bagaimana cara mengamalkan pancasila dalam kehidupan di kalangan mahasiswa. Agar menjadi penerus generasi muda yang baik dan dapat mengharumkan nama Negara.

B.     Tujuan

Setelah pembaca membaca dan memahami makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat:
1.         Mengetahui dan  memahami cara pengamalan pancasila, dan
2.         Mengetahui cara mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan.











BAB II
LANDASAN TEORI


A.    Pengertian Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan Å›Ä«la berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

B.     Ciri-ciri dan Sifat beserta Fungsi Pancasila
1.      Ciri-ciri dan Sifat Pancasila
Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan yang bersifat:
a.       Sistematis (rutun), tak boleh ditukar balikan urut-urutanya.
b.      Kesatuan totalitas yang organis (utuh, manunggal dan senyawa).

C.    Fungsi Pancasila
Pancasila diungkapkan dan merupakan pencerminan nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia, yang dijiwai dan dipandang hidup bangsa Indonesia yang berfungsi sebagai:
a.         Dasar Negara Republik Indonesia
b.         Filsafat Negara Republik Indonesia
c.         Ideologi Negara Republik Indonesia
d.        Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia

D.    Pengamalan Pancasila
Ketetapan MPR No. II/MPR/1978, yang juga dinamakan “Ekaprasetia Pancakarsa”, member petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan kelima sila dari Pancasila sebagai berikut (Noor Ms. Bakry: 1994, 183-185):
  1. Sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
a.      Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
b.      Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
c.       Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayanya.
d.      Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

  1. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
a.      Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan antara sesama manusia.
b.      Saling mencintai sesama manusia.
c.       Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d.      Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e.       Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f.        Gemarmelakukan kegiatan kemanusiaan.
g.      Berani membela kebenaran dan keadilan.
h.      Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

  1. Sila Persatuan Indonesia
a.      Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
b.      Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan bernegara.
c.       Cinta Tanah Air dan Bangsa
d.      Bangsa sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
e.       Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

  1. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan / perwakilan.
a.      Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
b.      Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c.       Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
d.      Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e.       Dengan itikad dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
f.        Musyawarah dilakuakan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
g.      Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Es, menjunjung tiunggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan

  1. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
a.      Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasanaa kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b.      Bersikap adil.
c.       Menjaga kesimbangan antara hak dan kewajiban.
d.      Menghormati hak-hak orang lain.
e.       Suka member pertolongan kepada orang lain.
f.        Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g.      Tidak bersifat boros.
h.      Tidak bergaya hidup mewah.
i.        Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j.        Suka bekerja keras.
k.       Mengharagai hasil karya orang lain.
l.        Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial.(Imam Syafe’I,2010:168-170)





BAB III
PEMBAHASAN


  1. Pengamalan Pancasila

1.      Pelaksanaan Pengamalan Pancasila
Pelaksanaan pengamalan pancasila dilakukan agar Pancasila sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan serta dipahami oleh segenap mahasiswa Unswagati, baik dalam kehidupan orang seorang maupun dalam kehidupan kemasyarakatan. Oleh sebab itu, diharapkan lebih terarah usaha-usaha pembinaan mahasiswa Unswagati agar menjadi insan Pancasila dan pembangunan bangsa untuk mewujudkan generasi mahasiswa Pancasila.
Sehingga dalam memahami nilai-nilai dalam pengamalan  pancasila sangatlah amat penting, dan berikut adalah nilai-nilai pengamalan yang terkandung dalam pancasila dari sila ke-1 s.d. sila ke-5:
a.      Sila Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
1.      Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
2.      Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
3.      Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayanya.
4.      Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

b.      Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
1.      Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan antara sesama manusia.
2.      Saling mencintai sesama manusia.
3.      Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4.      Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5.      Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6.      Gemarmelakukan kegiatan kemanusiaan.
7.      Berani membela kebenaran dan keadilan.
8.      Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

c.       Sila Persatuan Indonesia
1.      Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2.      Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan bernegara.
3.      Cinta Tanah Air dan Bangsa
4.      Bangsa sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5.      Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

d.      Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan / perwakilan.
1.      Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
2.      Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.      Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4.      Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5.      Dengan itikad dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
6.      Musyawarah dilakuakan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7.      Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Es, menjunjung tiunggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan

e.       Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1.      Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasanaa kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2.      Bersikap adil.
3.      Menjaga kesimbangan antara hak dan kewajiban.
4.      Menghormati hak-hak orang lain.
5.      Suka member pertolongan kepada orang lain.
6.      Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7.      Tidak bersifat boros.
8.      Tidak bergaya hidup mewah.
9.      Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10.  Suka bekerja keras.
11.  Mengharagai hasil karya orang lain.
12.  Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial.


  1. Macam-macam Cara Pengamalan Pancasila

1.      Dilihat dari segi jalurnya.
a.    Jalur pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengamalan Pancasila, baik pendidikan formal (sekolah-sekolah s.d perguruan tinggi) maupun pendidikan nonformal (di keluarga dan lingkungan masyarakat), keduanya sangat erat kaitanya dengan kehidupan.
Dalam pendidikan formal semua tindak perbuatannya haruslah mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam pendidikan keluarga pengamalan Pancasila harus ditanamkan dan dikembangkan sejak mahasiswa masih kecil, sehingga proses pendarah-dagingan nilai-nilai Pancasila dengan baik dan menuntut suasana keluarga yang mendukung. Lingkungan masyarakat juga turut menentukan sehingga harus dibina dengan sungguh-sungguh supaya menjadi tempat yang subur bagi pelaksanaan pengamalan Pancasila.
Melalui pendidikan inilah mhasiswa menyerap nilai-nilai moral Pancasila. Penyerapan nilai-nilai moral Pacasila diarahkan berjalan melalui pemahaman dari pemikiran dan dan pengamalan secara pribadi. Sasaran pelaksanaan pedomaan pengamalan Pancasila adalah perorangan, keluarga, masyarakat, baik dilingkungan tempat tinggal masing-masing, maupun di lingkungan tempat menuntut ilmu
b.    Jalur organisasi
Pengamalan Pacansila harus diterapkan dalam setiap elemen kampus. Organisasi sosial pada kampus adalah wadah pemimpin-pemimpin muda dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam organisasi seperti para anggota hmj, atau dpemf, atau bem, dan sebagainya harus mengikuti pedoman pengamalan Pancasila agar berkepribadian Pancasila tertanam. Sehingga organisasi dalam  kampus unswagati berjalan dengan baik sesuai prosedur yang ada.

2.      Pengamalan Pancasila Secara Subjektif dan Objektif
a.    Pengamalan Pancasila secara Objektif
Pengamalan pancasila yang obyektif adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi dalam setiap penyelengaraan kampus, baik di bidang organisasi maupun non organisasi. Dan semua bidang kampus unswagati terutama realisasinya dalam bentuk peraturan kampus itu tersebut antara lain sebagai berikut :
1.        Tujuan, misi dan visi kampus harus memiliki beberapa arti yang tercantum dalam nilai-nilai pancasila.
2.        Aturan yang terdapat dalam kampus maupun dalam organisasi kampus harus mengandung makna nilai–nilai pancasila.

b. Pengamalan Pancasila secara Subjektif
            Pengamalan pancasila pengamalan pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam pribadi seseorang, warga negara, individu, penduduk, penguasa, dan orang Indonesia. Pengamalan pancasila yang subyektif ini justru lebih penting dari pengamalan yang karena pengamalan yang subyektif merupakan syarat pengamalan pancasila yang obyektif (Notonegoro,1974;44).
Dengan demikian pelaksanaan pancasila yang subyektif ini berkaitan dengan kesadaran, ketaatan, serta kesiapan individu tiap mahasiswa unswagati untuk mengamalkan pancasila. Dalam pengertian inilah akan terwujud jika suatu keseimbangan kerohanian yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib taat aturan kampus unswagati telah berpadu menjadi kesadaran wajib moral. Sehingga dengan demikian suatu perbuatan yang tidak memenuhi wajib melaksanakan pancasila.
Dalam pengamalan pancasila yang subyektif ini bilamana nilai-nilai pancasila telah dipahami, diresapi, dan dihayati oleh seseorang mahasiswa maka orang itu telah memiliki moral pancasila dan jika berlansung terus menerus sehingga melekat dalam hati maka disebut dengan kepribadian pancasila.

  1. Pengamalan Pancasila dalam Kehidupan di Kampus Unswagati
Bila kita memperhatikan struktur organisasi dalam kampus unswagati dengan detail, maka kita akan mendapatkan hal yang tak diduga-duga. Saya menyimpulkan bahwa tata cara organisasi dalam perguruan tinggi sama saja tidak berbeda jauh dengan suatu Negara.
Karena dalam suatu universitas contohnya kampus unswagati Cirebon. Didalam terdapat beberapa organsasi, yakni organisasi tiap jurursan atau prodi, fakultas hingga univ itu sendiri. Dan bila kita pahami tahapan tersebut seperti susunan suatu tata negera.
Bila dalam suatu Negara terdapat yang namanya presiden atau orang yang memimpin suatu Negara, tetapi didalam universitas terdapat pula pemimpin yang tidak jauh berbeda dengna president, yakni disebut presiden mahasiswa (PresMa). Yang fungsinya sama-sama sebagai pemimpin, dan Negara ada yang namanya DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) tetapi dalam universitas ada pula yang fungsi jabatanya sama dengan DPR, yakni DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) dan masih banyk lagi. Bila kita lihat dan bandingkan, universitas ternyata tidak jauh berda dengan namanya suatu Negara. Dan memiliki tujuan yang sama, yakni menjadi lebih maju.
Oleh karena itu pengamalan pancasila dalam kampus unswagati Cirebon tidak jauh berbeda dengan pengamalan pancasila di suatu Negara. Pengamalan pancasila terhadap kehidupan kampus sudah diperjelaskan pada subbab sebelumnya, hanya sajah bagaimana kita menanamkan rasa nilai-nilai pancasila dalam mahasiswa.
Dalam mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam mahasiswa kita dapat melakukannya dalam beberapa jalur, yakni seperti apa yang dijelaskan di subab sebelumnya ada jalur pendidikan dan jalur organisasi serta pengamalan secra objektif dan subjektif.
Bila nilai-nilai pancasila tertanam dengan baik di setiap individu mahasiswa, maka akan tercipta mahasiswa pancasila yang mengerti norma-norma. Dan kampus unswagati akan menghasilkan lulusan mahasiswa yang jauh lebih baik. Dan oleh karena itu, pentingnya pengamalan pancasila dalam kehidupan di kampus unswagati Cirebon sangatlah amat penting demi memajukan kampus unswagati agar kampus dapat menghasilkan lulusan mahasisiwa pancasila yang dapat membangun bangsa Indonesia.
BAB IV
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Dalam mengamalkan nilai pancasila dalam kehidupan kampus bahwasanya sangatlah penting. Sebagai mana kita ketahui mahasiswa di Indonesia sekarang mulai anarkis dalam menanggapi permasalahan pemerintah, hal ini lah salah satu contoh yang dapat merusak generasi penerus bangsa dan dapat merusak system ketatanegaraan.
Oleh karena itu agar mahasiswa-mahasiswa unswagati Cirebon menjadi mahasiswa pancasila, perlulah nilai-nilai pancasila diterapkan dalam diri individu dan di seluruh kegitan kampus, agar tercipta suatu generasi yang dapat menjunjung tinggi nama baik kampus Unswagati Cirebon dan menjadi warga Negara pancasila.

2.      Saran
Berdasarkan pada kesimpulan maka dalam hal ini penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
a.    Dalam mengamalkan nilai-nilai pancasila haruslah didasari dengan niat pada diri individu masing-masing.
b.    Dan disamping ituk, penulis mengingatkan kepada pembaca agar nilai-nilai pancasila diamalakan dengan sebaik-baiknya agar kehidupan di kampus menjadi lebih baik.














DAFTAR PUSTAKA



Syafe’I Imam. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Deepublish.
Ismaun. 1978. Sila-Sila Pancasila. Malang: Labolatorium IKIP Malang


































KARYA ILMIAH
PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN DI KAMPUS UNSWAGATI

Diajukan untuk memenuhi tugas “ Mata kuliah PPdK”
Semester 2 Tahun Akademik 2011/2012

Dosen    :    Imam Syafe’I, Drs, M.Si.
183552_156133671108675_156128674442508_293862_3794906_n.jpg

Nama  :   Fagil Rachman Darmawan Putra
NPM   :   111070096


Kelasa :  1K

 
 





PRODI MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jl. Pemuda No. 32 Telp. (0231) 206558 Fax. (0231) 236742 Cirebon 45131
www://unswagati-crb.ac.id
2012
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Makalah Mata Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini, yang mengenai “Pengamalan Pancasila dalam Kehidupan Di Kampus Unswagati”.
            Penyusunan Makalah ini, telah sesuai dengan pedoman yang terdapat pada sumber – sumber  yang pasti dan berbasis kompetensi. Dalam Makalah ini terdapat penyesuaian materi pada beberapa penjelasan cara pengamalan di Kampus unswagati.
            Harapan saya, semoga Makalah ini dapat membantu bagi para pembaca untuk mengetahui lebih jauh tentang. Dan kami juga berharap artikel ini dapat membantu para pembaca dalam penguasaan psikologi tentang Pengamalan Pancasila dalam Kehidupan.
            Saya menyadari, bahwa susunan dan materi yang terkandung dalam Makalah ini, masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dan terutama dari para pembaca, sangat kami harapkan untuk  penyempurnaan karya ilmiah ini. Kami tetap terbuka untuk terus memperbaiki dan menyesuaikan dengan perkembangan mutakhir.




Penulis, Mei 2012










i
 
 


DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan......................................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 2
Pengertian Pancasila.................................................................................... 2
Ciri-ciri dan Sifat beserta Fungsi Pancasila................................................. 2
Fungsi Pancasila.......................................................................................... 2
Pengamalan Pancasila................................................................................. 2
BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 5
Pengamalan Pancasila................................................................................. 5
Macam-macam Cara Pengamalan Pancasila................................................ 7
Pengamalan Pancasila dalam
Kehidupan di Kampus Unswagati.............................................................. 9
BAB IV PENUTUP....................................................................................... 11      
Kesimpulan............................................................................................... 11
Saran......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 12

ii
 
 

widgets