Malam ini
adalah malam minggu yang ke-23, malam yang harus kuhabiskan sendiri tanpamu. Tanpa
riuhnya suaramu dirumahku. Tanpa adanya lagi senyummu untukku, pandangan lembut
yang semakin membuatku rindu akanmu kali ini.
Benar sudah,
semuanya tinggal kenangan. Kenangan indah, aku tak mau merusaknya dengan luka
apapun. Aku juga tak mau mengingat luka yang kau tinggalkan itu. Aku terlalu
sayang, terlalu kagum dan semuanya sungguh terlalu jika menyangkut tentangmu. Aku
bahkan mungkin akan menjadi fan fanaticmu yang pertama jika ada fanclub untuk
mengagumimu.
“ Alan ...”
gumamku.
Padahal aku
sudah berharap banyak darimu, berharap menjadi istrimu. Sampai sebegitunya aku
menginginkan kita berjodoh, tapi apa mau dikata. Sepertinya Allah sudah menyiapkan
jodohmu, dan itu bukan aku. Allah tak ingin jika aku terlalu menyayangimu dan
mengesampingkan ibadahku, aku sampai-sampai melupakan kewajibanku. Satu hal
baik dari semuanya, aku beruntung pernah mengenalmu dan menjadi bagian cerita
hidupmu.
“ Dee ...
nglamun aja, mikirin apa sih ? sini-sini cerita ke abang Kevin,” membuyarkan
lamunanku, menatapku dengan penuh selidik.
Tersenyum tipis,
“ Apaan sih loe, gue lagi mikirin proker kita kok. Kita ‘kan belum dapet dana
dari Pak Reno.” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan, mengubah ekspresi wajah
secepat mungkin.
Menampakkan raut
tak percaya, “ Hadehh.... Dee, emangnya gue anak kecil yang bisa loe boongin
gitu. Gue kenal loe juga nggak baru sehari dua hari kalee ...” menarik tanganku
ke arahnya.
“ Kevin, gue
belum bisa cerita ini ke loe. Bukan maksud gue nggak mau cerita, biasanya kan
gue juga cerita apapun ke loe” meyakinkan kevin dengan pandangan meminta
pengertian.
Menatapku lebih
dalam lagi, “ Oke.... gue ngerti”.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar